Profil Teater Petass -->
close
Adhyra Irianto
18 December 2012, 12/18/2012 07:18:00 PM WIB
Terbaru 2015-08-06T17:20:40Z
Diary Petassteater

Profil Teater Petass

Advertisement
Mukadimmah

pojokseni.com - Dalam pengertian umum, Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah (kalau ada) , penafiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses penjadian drama ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater. Teater berasal dari kata theatron yang diturunkan dari kata theaomai(bahasa yunani) yang artinya takjub melihat atau memandang.
Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas.
Teeater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehiudpan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis.
Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain. Ada banyak grup teater di Indonesia, bahkan hingga ribuan jumlahnya. Moderenisasi akhirnya terus terjadi dalam teater hingga muncul aliran-aliran surealis, absurd dan lain-lain. 

Salah satu teater yang berada di plosok, tepatnya di kota Curup, Rejang Lebong Provinsi Bengkulu bernama teater Petass. Teater SMA berbasis ekstrakurikuler ini memulai langkah untuk menjadi teater berdikari semenjak ikrar janji pada tahun 2010. Cukup lama, karena teater ini berdiri pada tahun 1994. Teater ini dilatih oleh Adhy Pratama, salah seorang seniman lokal sejak tahun 2009. Dengan bangganya, kelompok ini menyatakan mereka mengusung aliran Surealis, meskipun belum begitu sempurna.
Selain penampilan teater, teater ini juga dikenal dengan kemampuan musikalitas yang tinggi. Total beberapa penampilan puisi dibawakan secara musikalisasi dengan perpaduan alat moderen dan tradisional. Aliran musik teater ini pada akhirnya mereka sebut "metalisasi puisi".



 Teater Petass


Teater yang dibahas kali ini bernama teater Petass yang bermarkas di SMAN 1 Curup, Rejang Lebong Bengkulu. Baru-baru ini teater ini membawakan drama berjudul "Fragmen : Bayi Belanda dan Pribumi Berdebat" karya Adhy Pratama . Dalam tingkah yang konyol, 2 orang bayi, yakni Joni (Singgih dan Ikhsan) seorang bayi "asal" Negeri Kincir, Belanda tanpa sebab yang jelas berdebat dengan Jono (Kevin dan Aam). Dalam drama berdurasi sekitar 11 menit ini, terjadi perdebatan yang alot antara Jono dan Joni. Adegan perdebatan juga ditambah dengan berbagai atraksi gestur yang menarik. Namun, keterbatasan properti cukup mengurangi estetika anak-anak asuhan Adhy Pratama ini.
Diujung permainan, sempat terjadi adegan "adu skill" antara jono dan joni. Joni memainkan gitar dan Jono memainkan seruling. Adu skill ini berubah menajdi sangat ribut dan terhenti ketika teriakan ibu mereka (Niken) menggema. Diakhir drama diketahui bahwa kedua kakak-beradik ini sebenarnya sedang berencana bermain perang-perangan antara Belanda melawan Indonesia pada zaman kolonial dulu. Namun, justru menjadi adegan keributan yang cukup mengocok perut penonton. Kekuatan karakter bayi pada kedua pemeran utama ini menjadi nyawa dalam drama ini.
Permainan gestur sangat ditekankan didrama yang dinyatakan sebagian seniman lokal sebagai drama yang sangat "Nyeleneh" ini. Pesan dari drama ini sangat jelas sekali, yakni anak-anak Petass berusaha menekankan bahwa seni lokal saat ini terus ditekan dengan seni luar. Namun, meskipun perlawanan terus dilakukan, tetap saja seni dari luar tetap dianggap lebih menarik.
Bentuk pertunjukan cukup unik, karena dua orang menjadi satu pemeran. Untuk peran Joni, misalnya Singgih hanya kebagian menjadi kepala dan tangannya menjadi kaki. Sedangkan tangannya "diperankan" oleh Ikhsan, begitu juga dengan Jono yang diperankan Kevin sebagai kepala dan kaki, sedangkan tanganya oleh Aam. Kondisi ini membuat tubuh mereka menjadi terlihat lebih kecil, meskipun lebih mirip dengan boncel dari pada bayi. Khusus untuk penampilan pada konser bersama "Teater Kejar" MAN Curup di Panggung MAN Curup ini, penampilan petass cukup menarik, tentu apabila di tambah dengan latihan gestur yang lebih meningkat dan penambahan Properti serta make up pemain.


Penutup


Secara kualitas, memang teater Petass belum begitu baik. Namun, ide-ide kreatif serta permainan mimik wajah yang kuat dari anak-anak ini patut diacungi jempol. Meski disekitarnya mengalir dengan deras bermacam-macam drama baru, namun anak-anak petass yang mengkiblatkan dirinya ke Samuel Becket ini bisa menjadi yang teater yang baik dalam kurun waktu kedepan.
Selain itu, menurut penulis, ditilik dari sistem manajemen Petass juga kurang begitu baik. Meskipun dalam pembicaraan awal, jauh sebelum penampilan, pembagian divisi sudah dilakukan dengan cukup jelas. Ketimpangan pekerjaan serta persiapan yang tumpang tindih menjadi pekerjaan rumah untuk salah satu teater tertua di Rejang lebong ini. Namun, pandangan penulis, teater asuhan Adhy Pratama dengan total 40 orang anggota ini dapat berkembang dengan baik ditopang dengan kemampuan dasar teater yang dimiliki anggotanya. Selain itu, kemampuan musikalitas anak-anak ditambah kelebihan lain antara lain sastra dan kreativitas diyakini dapat menjadi senjata utama teater ini dalam perjalanannya kedepan. 

Ads