Advertisement
Potongan cerita : Novel "Desing Peluru di Komplek Eks" karya Adhyra Irianto(Hal. 51)
Simbur sekarang tinggal di komplek Eks, tepat di sebelah rumah Syu’aib, ketua RT. Suatu hari, seorang penagih hutang datang padanya. Di depan istri dan anaknya, Sim ditodong untuk membayar hutang yang baru separuh dilunasinya. Jumlah itu belum termasuk bunganya.
“Pokoknya, kalau Anda tidak bayar hutang-hutang Anda sampai lunas dua hari lagi, rumah ini saya sita.” Kata-kata itu keluar dari mulut seorang aktor, di televisi.
Sim mencak-mencak. Berteriak meminta istrinya mematikan televisi. Penagih hutang masih duduk di ruang tamu, menikmati kopi, belum sempat mengutarakan ancaman.
“Ah, bagaimana pula kau. Matikan tivi, atau ganti channel, atau aku jual tivi itu!”
Istrinya mengerti kegusaran suaminya. Lalu dengan cepat mengganti channel. Sekarang, istri Sim dan anaknya lebih memilih menonton siaran pariwara, perumahan elit di Jakarta. Tapi terlambat, sang penagih hutang mendapat inspirasi dari sepenggal adegan tidak manusiawi itu.
“Begini saja Pak Sim. Saya beri waktu dua hari, kalau Pak Sim tidak bisa lunasi, sertifikat rumah ini saya sita,” kata penagih hutang, mencoba sedikit lebih manusiawi.
“Ah, janganlah pakai sita-sitaan macam di tivi saja. Beri saya waktu dua kali dua puluh empat hari, saya lunasi semuanya.”
“Maksud Bapak, minta waktu dua bulan?”
“Dua hari, tentunya.”
“Kalau dua hari, berarti dua kali dua puluh empat jam, Pak.”
“Yah, begitulah yang saya bilang tadi.”
Penagih hutang tidak mau berdebat. Lalu meng-iyakan saja tenggat waktu dua hari yang dijanjikan Sim. “Baiklah, dua hari nanti saya datang kembali untuk menagih hutang Pak Sim,” katanya, tegas.
“Oke, sebelum dua hari, jangan kau tampakkan wajahmu disini!”
Penagih hutang mengerenyit. Berbeda dengan adegan di televisi, justru ia yang diancam pemilik hutang. Ia juga memilih untuk tidak berdebat, lalu menghabiskan kopi dan meminta diri untuk pergi. Setelah sang penagih hutang pergi, Sim kembali mencak-mencak pada istrinya.
“Gara-gara film sialan itu, dia mencoba mengancam kita. Jangan pernah lagi tonton film macam itu,” bentak Sim.
Istrinya hanya diam. Anaknya memilih bermain di luar. Sim kembali ke ruang tamu, memegang kepalanya, berfikir keras.
(Potongan dari novel "Desing Peluru di Komplek Eks". Berminat memiliki novel ini? Yuk, mumpung lagi Prajual, jadi Anda bisa mendapatkannya langsung dari saya seharga Rp 50.000/eks, dan bertandatangan. Hanya ada 50 eks yang dijual di Prajual dengan harga spesial dan sekarang tinggal 17 eks lagi. Yuk buruan pesan!)
Pesan langsung ke penulis :
Email : adhyra.irianto@gmail.com
FB : Adhyra Pratama Irianto
Twitter : @adhyra_irianto
Ig : @adhyra.irianto
WA/SMS/call : 0852-6802-7408