Advertisement
Penampilan JE Ensamble, Teater Jengkal Bengkulu, Sabtu (10/9/2016) di GTT Taman Budaya Bengkulu. |
pojokseni.com - Taman Budaya Bengkulu hari Sabtu (10/9/2016) disesaki pengunjung. Lebih dari 300 pasang mata datang untuk menyaksikan kelahiran album baru milik grup musik JE Ensamble, Sanggar Seni Teater Jengkal, malam itu. JE Ensamble membawakan enam nomor lagu instrumental yang termaktub dalam album mereka bertajuk "Border".
JE Ensamble tidak sendiri. Mereka membawa beberapa bintang tamu seperti Chandra Pratama (Saxophone) dan lain-lain. Selain bermain Saxophone, Chandra juga sempat bermain suling pada lagu berjudul Kejei. "Terima kasih pada teman-teman musisi yang mau berkerja sama dengan kami," kata Budi Balet, Ketua JE Ensamble.
Total enam lagu berbentuk instrumental dibawakan oleh grup musik ini. Dimulai dengan Gandai lalu berlanjut ke Rentak Melayu. Menurut Budi Balet, mereka membawakan irama melayu tersebut dengan nada dan gaya mereka sendiri.
Selanjutnya, dua seni musik khas Rejang, Merejung dan Kejei (iringan musik tari kejei). Paduan strings, beberapa bar awal nada iringan tari Kejei, diiringi dengan bass berpadu apik dengan rentak dari beberapa perkusi seperti rebab, tasa, boya, dol dan jimbe.
JE Ensamble bersama anggota komisi IV, Agung Gatam. Agung juga didaulat panitia untuk menyerahkan bingkisan pada bintang tamu (pojokseni.com) |
Grup ini lalu membawa penonton ke Timur Tengah dengan Arabian Minor in Drop D, yang merupakan versi cover dari lagu aslinya, Blast. JE Ensamble juga tampil apik dengan rangkaian nada dari nomor Gandai. Penutup, grup ini berhasil 'meledakkan' Gedung Teater Tertutup (GTT) Taman Budaya dengan irama Funky dari lagu berjudul "Funky Boya" yang berkolaborasi dengan pemain Saxophone, trumpet dan accordion.
Lagu terakhir juga sempat memamerkan skill individu dari setiap pemain, termasuk pemain keyboard dan perkusi.
Secara umum, penampilan JE Ensamble malam itu sudah sangat apik dan rapi. Penonton juga terhibur dan ikut bergoyang dengan lantunan nada dari para pemain musik yang tergabung dalam grup tersebut. Hanya saja, setiap lagu berdurasi sekitar 6 - 8 menit, namun hanya terdiri dari empata bagian, yakni Intro, verse, interlude dan chorus. Mungkin akan lebih sempurna, bila grup ini menyajikan bridge atau mungkin modulasi di dalam setiap lagu, lantaran setiap lagu berbentuk instrumental dan berdurasi panjang.
Selain itu, birama dan ketukan dari pemain perkusi masih cukup monoton. Perlu banyak inspirasi dan 'asupan' untuk menambah variasi pukulan. Terutama ketika solo perkusi, pemain mengulang ketukan yang sama berulang sehingga tidak menimbulkan kesan mendalam. Meskipun demikian, dua jempol perlu diberikan pada para pemain perkusi, terutama dol dan boya yang berhasil mengawal beat dan ketukan lagu dari awal sampai akhir dengan stabil.
Pojokseni.com memberi nilai plus pada pemain keyboard, bass dan kelintang. Tiga pemain ini memberi warna, meski modren masih mendominasi ketimbang tradisional. Para pemain profesional seperti para bintang tamu juga mendapat 'jatah' untuk mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik mereka, sehingga berhasil menjadi pusat perhatian malam itu.
"Kita berterima kasih pada semua pihak yang mendukung, men-support dan datang menyaksikan pementasan ini, kami begitu bahagia," tutup Budi Balet.
Sementara itu, koordinator acara, Andika menyatakan harapannya agar acara seni di Bengkulu kembali berwarna lagi, dengan dimulai dari pentas musik JE Ensamble. "Semoga dengan pertunjukan JE Ensamble malam ini membuat musik khas daerah Bengkulu lebih berwarna lagi kedepannya, agar musik khas bengkulu menjadi lebih baik walau tidak akan sempurna," tutup Dika.
Kritik Pemerintah Tidak Perhatikan Kesenian
Anggota JE Ensamble berfoto bersama anggota DPD RI, Riri Damayani dan anggota komisi IV DPRD Bengkulu, Agung Gatam (pojokseni.com) |
Beberapa seniman Bengkulu melontarkan kritik terhadap Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu, lantaran dianggap tidak serius memperhatikan kesenian setempat. Bahkan, dalam kegiatan pentas JE Ensamble, Sabtu (10/9/2016) lalu, MC acara berkali-kali menyebutkan bahwa ia sangat menyayangkan tidak perhatiannya pemerintah dalam mendukung pergerakan dan perkembangan kesenian di daerah setempat.
Selain itu, beberapa pemain JE Ensamble dan bintang tamu juga berharap ada dukungan dari pemerintah, kedepannya untuk acara-acara kesenian seperti yang mereka gelar malam itu.
Sementara itu, Anggota Komisi IV DPRD Bengkulu, Agung Gatam menyatakan bahwa pada tahun 2016 ini pihaknya sudah mengajukan permohonan dana untuk kesenian. Dana yang diajukan tersebut, lanjut Agung, ditujukan untuk perbaikan Taman Budaya Bengkulu, juga untuk mendukung kesenian dan seniman daerah setempat agar bisa lebih berkembang. Namun, lanjutnya, ajuan dana tersebut dicoret.
"Ini membuktikan bahwa Pemerintah tidak mendukung kesenian, kita akan coba ajukan lagi pada tahun 2017 mendatang," kata Agung yang menyempatkan hadir di malam konser JE Ensamble tersebut.
Sementara itu, anggota DPD RI Dapil Bengkulu, Riri Damayanti menyampaikan pujiannya pada pementasan musik JE Ensamble, Teater Jengkal Bengkulu yang berhasil dengan kreatif mengaransemen musik khas Provinsi Bengkulu. Ia juga menyayangkan bahwa pementasan tersebut hanya ditopang dengan fasilitas seadanya.
"Seperti gedung yang kurang memadai, semoga kedepannya akan lebih membaik," tutup Riri. (ai/its/pojokseni.com)