Advertisement
Pertunjukan "Merdeka" karya Putu Wijaya oleh STKW Surabaya |
Laporan Langsung PAT#6 ISI Padangpanjang
Reporter : Ikhsan Satria Irianto
pojokseni.com - Masih dari hari kedua perhelatan Pekan Apresiasi Teater (PAT) #6 ISI Padangpanjang, Selasa (13/10/2015). Tepat pada pukul 16.00 WIB, Teater Arena Mursal Esten Padangpanjang kembali menyajikan pertunjukan seni teater. Kali ini giliran STKW Surabaya yang 'mengutus' seorang aktor terbaiknya untuk pentas monolog di panggung ini. Naskah "Merdeka" karya Putu Wijaya yang jadi pilihan sang sutradara, Ahmad Lubaidillah kali ini.
Naskah tersebut mengisahkan tentang seorang pemelihara burung Perkutut yang 'entah-mengapa' hendak memberi kebebasan kepada burung peliharaannya. Kemudian 'entah-mengapa' si burung malah menolak hadiah dari tuannya tersebut. Kepada pojokseni.com, Achmad Lubaidillah menyampaikan pesan yang ingin disampaikannya lewat pementasan ini.
"Sebenarnya, dalam kemerdekaan ini, kita tidak pernah merdeka," kata Achmad Lubaidillah.
Getirnya Wiyasti dalam 'Tembang Wiyasti' Oleh ISBI Bandung
Pertunjukan "Tembang Wiyasti" oleh ISBI Bandung |
Pada pukul 20.00 WIB masih pada hari yang sama, giliran Gedung Pertunjukan Hoerijah Adam yang menyajikan pertunjukan apik. Giliran pentas adalah milik ISBI Bandung yang membawakan pertunjukan Tembang Wiyasti, yang merupakan reinterpretasi dari naskah 'Senja dengan Dua Kematian' karya Kirdjomulyo. Sutradara pertunjukan, Patuh Amini menceritakan tentang getirnya kehidupan seorang perempuan (Wiyasti) yang menjadi korban atas setiap masalah yang terjadi di keluarganya. Ayahnya setiap hari hanya berjudi, mabuk-mabukan dan 'main' perempuan. Padahal ibunya sedang tergeletak tak berdaya lantaran penyakit yang terus menggerogoti. Dari cerita tersebut, diketahui bahwa perbuatan si-Ayah didasari lantaran kekecewaan pada masalalunya, terhadap istrinya itu. Sedangkan Wiyasti, akhirnya mengetahui siapa dirinya dan keluarganya yang sebenarnya. Belum selesai sampai disitu, derita Wiyasti bertambah karena seorang rekan ayahnya, Karnowo, tega memperkosa dirinya. Penyebabnya, karena dendam kesumat terhadap ayah Wiyasti.
Meski benang merah dari naskah senja dengan dua kematian masih dipertahankan, namun digarap dengan sangat berbeda. Selain itu, meskipun sutradara menggarap dengan banyak simbol, namun penonton dapat menangkap jalan cerita yang disuguhkan.
ISI Surakarta dengan Riuhnya 'Markendos'
Genitnya Aktor ISI Surakarta dalam membawakan "Markendos" |
Sementara itu, di Teater Arena Mursal Esten, giliran ISI Surakarta yang unjuk gigi dengan sebuah pertunjukan monolog. Dengan naskah Markendos, karya Yusef Mudiyana, Sutradara Sun Yanto berhasil menggaet perhatian penonton, meskipun sudah pukul 21.30 WIB. Buktinya, meski sebagai pertunjukan terakhir, Teater Arena Mursal Esten tetap saja dipenuhi penonton.
Dengan kelucuan dan kegenitan dari aktris yang berperan jadi seorang pelacur, pertunjukan ini terus mengundang gelak tawa penonton. Namun suasana berubah menjadi sunyi ketika sang actor meneteskan air mata ketika menceritakan kegetiran hidupnya. Bahkan, beberapa penonton terlihat meneteskan air mata. Dipenghujung cerita, penonton kembali dikocok perutnya lewat kelucuan yang dibuat sang aktris lewat tariannya.
Salah seorang penonton, Alfidiya Febriani menyatakan, meskipun pertunjukan 'Markendos' dipentaskan pada malam hari, namun ia tidak sedikitpun merasa kantuk.
“Meskipun sudah larut malam, namun pertunjukan ini tidak sedikitpun membuat mata mengantuk. Saya serasa masuk kedalam cerita dan merasakan apa yang aktor rasakan,” ungkap Mahasiswa Teater ISI Padang Panjang ini pada pojokseni.com. (@pojokseni)
Jangan Lewatkan : Hari Kedua PAT#6, 125 Orang Ikut Workshop Teater
Ikuti terus perkembangan PAT#6 dari situs seni independen :www.pojokseni.com. Follow twitter kami @pojokseni dan like FB page kami : pojokseni.com