Advertisement
- Pelaku
Definisi pelaku secara sederhana adalah orang yang mewujudkan watak tertentu dalam naskah drama keatas pentas. Kita mengambil contoh naskah Penjara (untuk download naskah drama ini, klik di sini) salah satu peran yang ditawarkan adalah narapidana 3. Watak dari narapidana tiga ialah: sombong. Sehingga, sang pelaku yang mendapat tugas memerankan peran ini harus "sombong" sesuai permintaan naskahnya.
Pementasan Teater Petass (dok :Teater Petass) |
Syahliar Syam menuliskan bahwa seorang pelaku haruslah bekerja keras, karena kemampuan akting tidak datang dalam sekejap, tetapi bertahap. Selain perlu latihan keras, seorang aktor juga musti cerdas. Kalau tidak, maka pengolahan peran tidak akan berlangsung dengan baik.
Secara umum, untuk mendekati watak perannya, pelaku akan menggunakan berbagai metode. Henning Nelms membagi metode-metode tersebut dalam tiga kategori metode, antara lain :
1. Metode Objektif : Lewat metode ini, seorang aktor melakukan pengamatan kepada objek yang sesungguhnya. Apabila ia mendapat peran sebagai Presiden, maka ia akan terus berada di depan televisi untuk memperhatikan cara bicara, berjalan, menegur, tersenyum dan gerak-gerik lain seorang presiden.
2. Metode Subjektif : Seorang pelaku akan membayangkan apabila dirinya yang menjadi peran tersebut. Kembali kepada peran 'Presiden', maka pelaku membayangkan apabila dirinya menjadi presiden, apa saja yang akan dia lakukan.
Namun, kedua metode ini menurut penulis memiliki berbagai kekurangan. Bila Metode Objektif saja yang digunakan, maka seorang aktor akan cenderung meniru 'habis-habisan' tokoh yang akan diperankan. Kesan yang terlihat pertama adalah, memaksakan agar mirip.
Sedangkan, bila hanya menggunakan metode Subjektif maka akan terjadi sedikit kesimpang-siuran dalam pemeranan. Misalnya, bila seorang aktor memerankan Presiden, namun hanya membayangkan bagaimana bila dirinya benar-benar menjadi seorang Presiden, maka terkadang apabila 'gaya' pribadinya terbawa secara dominan, akan timbul pertanyaan dari penonton : Masa' presiden berjalan seperti itu? Masa Presiden ngomongnya gitu?
Untuk itulah, Henning Nelms menambahkan sebuah metode lagi yakni Metode Kombinasi. Dengan metode ini, selain aktor melakukan pengamatan langsung pada peran yang akan diperankannya, aktor juga akan 'meresapi' bagaimana apabila ia benar-benar menjadi tokoh itu. Hasilnya, peran yang sempurna. Penulis pun menyarankan untuk para aktor dapat memilih metode yang terakhir disebutkan.
Setelah semua persiapan selesai dilakukan, masuk saatnya latihan dengan pimpinan seorang sutradara. Tentu, seorang anak teater juga harus disiplin dan patuh pada sutradaranya, agar tercipta sebuah penampilan yang baik. Bila seandainya ada hal yang janggal, maka sebaiknya dilakukan diskusi dengan sutradaranya.
Sedangkan untuk pementasan, kode etik para pentolan "Srimulat" dapat dijadikan panutan, yakni : Apapun yang terjadi, pementasan harus sukses!
Bila ingin mengutip sebagian atau seluruh, harap sertakan sumber www.pojokseni.com. Jangan lupa follow kami di twiiter : @pojokseni untuk informasi dan materi teater lainnya.
Bahasan selanjutnya adalah Pentas dab perlengkapan pentas, dalam unsur-unsur pementasan drama bagian (III) Klik disini >> Unsur-unsur pementasan drama bag. III (panggung/pentas dan perlengkapan pentas)
Bahasan selanjutnya adalah Pentas dab perlengkapan pentas, dalam unsur-unsur pementasan drama bagian (III) Klik disini >> Unsur-unsur pementasan drama bag. III (panggung/pentas dan perlengkapan pentas)